Cherise dan Roti Apel


Selamat membaca dan semoga suka ya samallah cerita fiksi buatan aku :) Have fun ;)

Pada zaman dahulu, di sebuah desa yang sangat damai, tinggallah sebuah keluarga kecil yang mempunyai sebuah bakery kecil di halaman rumahnya. Bakery itu diberi nama “Cherise’s Bakery”. Semua berawal dari kecintaan Ayah Cherise yang ingin mempunyai sebuah bakery kecil di rumahnya. Bakery ini diberi nama putrid tercintanya dengan harapan kelak bakery ini akan membawa keberuntungan bagi keluarga Cherise. Saat bakery itu dibangun usia Cherise masih 2 tahun. Tak disangka saat awal bakery ini dibuka, penduduk desa pun menyambutnya dengan antusias. Maklum itu semua karena didesa itu belum pernah ada bakery seperti ini, karena jika ingin makan-makanan yang enak-enak para penduduk desa harus pergi kekota untuk membelinya. Ternyata para penduduk desa sangat menyukai roti buatan Ayah Cherise, karena setiap  harinya penmbeli semakin banyak yang berdatangan Ibu Cherise pun senang dan bahagia melihatnya. Sekarang usia Cherise sudah 7 tahun. Tak terasa 5 tahun sudah “Cherise’s  Bakery” ini dibuka. Makin hari makin banyak saja orang-orang yang dating untuk membeli roti-roti buatan Ayah Cherise. Sampai-sampai nama “Cherise’s Bakery” terdengar sampai ke desa seberang. Karena sudah terkenal sampai ke desa seberang, banyak orang-orang desa seberang yang penasaran untuk mencicipi roti buatan Ayah Cherise.  Karena saking enaknya banyak yang ketagihan dan datang kembali untuk membeli roti-roti buatan Ayah Cherise tersebut. Dan semakin hari pelanggan “Cherise’s Bakery” pun bertambah banyak.

    Pada suatu hari Cherise sedang bermain bersama teman-temannya. Saat sedang asik bermain tiba-tiba datang seorang lelaki tua yang berpakaian lusuh dan kotor menghampiri mereka. Lalu lelaki tua itu berkata “kasihan nak, bapak belum makan dari kemarin”. Cherise merasa iba melihat laki-laki tua itu. Iya pun menghampirinya dan berkata “maaf pak, saya hanya mempunyai 2 buah roti ini. Jika bapak berkenan menerima roti saya ini, saya merasa sangat senang karena bisa membantu bapak.” Lelaki tua itu pun menjawab “tentu nak, bapak akan menerima roti ini dengan senang hati. Tetapi jika kau memberikan semua roti-roti mu kepada bapak, apa yang akan kau makan untuk siang nanti?”. Cherise menjawab “taka pa pak, karena rumah saya dekat dari sini dan saya bisa pulang untuk mengambilnya lagi”.  Lelaki tua itu berkata pada Cherise “terimakasih nak atas kebaikan hatimu karena kau mau membagi bekal makan siang mu pada bapak tua ini. sebagai balasan karena kamu sudah dengan senang hati menolong bapak akan memberikan mu apel-apel bapak ini. Cherise tidak bisa menolak pemberian lelaki tua itu dan mengatakan “terimakasih banyak pak”. Setelah itu lelaki tua itu pun pergi. Lalu Cherise memasukan apel-apel itu ke dalam keranjang bekalnya. Setelah itu iya pulang kerumahnya.

    Setelah sampainya dirumah Cherise meletakkan keranjang yang berisi apel itu di atas meja makan. Kemudian Ibunya pun menghampiri Cherise dan bertanya, “Cherise, dimana kau mendapatkan apel-apel ini sayang?” Lalu Cherise menceritakan kejadian siang itu pada Ibunya. “Sungguh mulia hatimu sayang, Ibu senang jika kamu tumbuh menajadi gadis yang baik hati dan suka menolong”. (Cherise hanya tersenyum pada Ibunya), “Bu, bagaimana kalau kita minta tolong pada Ayah untuk menambahkan roti-roti buatannya dengan apel ini. Karena aku sangat menyukai apel”. “ Ohh, tentu saja sayang. Ibu akan menyuruh Ayahmu membuatkan roti apel ini untukmu sebagai hadiah karena kau sudah berbuat baik hari ini”. “Terimakasih Bu. Tapi aku tidak mau itu dikatakan sebagai hadiah karena semua itu adalah berkat didikan dari Ayah dan Ibu. Bahwa kita harus saling membantu semua orang”. Ibu Cherise sangat bangga mendengar perkataan anaknya tersebut. “Cherise tunggulah di kamarmu sayang, Ibu akan meminta Ayah membuatkan mu roti rasa apel ini sekarang”. Lalu Ibu Cherise pun meminta agar Ayah Cherise membuatkan putri kesayangannya roti rasa apel. Karena Cherise sangat menyukai buah apel. Ayah Cherise pun mulai membuatkan roti apel itu. Setelah semua adonan roti-roti itu siap dan di bentuk, kemudia roti-roti itu dipanggang dalam oven. Setelah matang roti-roti itu dikeluarkan dari oven, dan tercium bau wangi apel yang begitu segar bercampur bau khas roti yang baru matang. Sungguh hanya mencium baunya saja sangat menggugah selera untuk memakannnya. Ayah Cherise pun naik ke lantai atas menuju kamar Cherise. Dan Ayahnya pun berkata, “Cherise sayang, ini roti pesananmu”. “Terimakasih banyak Ayah” (kata Cherise sambil tersenyum). Lalu Ayahnya menjawab, “sama-sama sayang” (sambil membalas senyuman Cherise). Kemudian Cherise meminta pada Ayah dan ibunya untuk menemaninya makan roti. Ibunya pun berkata, “bagaimana kalo makan rotinya ditemani dengan the hangat?”. Cheris dan Ayahnya kompak menjawab, “setuju, ayo kita pesta roti dan teh hangat”. Tak disangka-sangka ternyata rasa roti apel itu sangat enak dan membuat yang memakannnya ketagihan.

   Muncullah ide baru bagi Ayah Cherise untuk mengembangkan roti apel ini kedalam salah satu menu andalan dalam “Cherise’s Bakery”, dan ternyata ide Ayah Cherise tersebut mendapat sambutan yang begitu antusias dari para pelanggan “Cherise’s Bakery”. Para pelanggan pun sangat menyukai roti apel tersebut. Begitulah ceritanya mengapa roti apel ini menjadi andalan dalam menu “Cherise’s Bakery”. Semua berawal dari kebaikan hati Cherise karena sudah menolong lelaki tua yang kelaparan. Dan tanpa sengaja karena Cherise ingin memakan roti rasa apel dari situlah Ayah Cherise mendapatkan ide baru yang sangat menguntungkan bagi keluarga Cherise.




The End

Comments

Popular posts from this blog

MY SKINCARE ROUTINE

DIY Masker untuk kulit Berjerawat, Mencerahkan kulit dan Menyegarkan kulit!!!

Resensi Buku 17 Anak Indonesia Berprestasi Dunia